babies shopahollic
kenapa tiap buka facebook yang diliat FB tukang jual baju2 bayi?
kenapa tiap googling selalu cari barang2 bayi, toko online barang2 bayi?
haduuuh ga bisa berhenti niy belanja online barang2 bayi :( nabung ci..nabuuung buat nanti kejakarta itu yang penting! tapi udah kepikiran melulu dress khayla nanti buat kekawinan :p sepatunya juga kepikiran mesti maching sama baju,trus pake bandana ga ya? trus pake legging lagi ga ya? haduuuh jangan norak deh ci! ga bisa ga bisaaaa...toloong hentikaaan gue mesti nabung..nabung..naaaabung
tapi kenapa tiap liat baju bawaannya pengen nanya
"sis ada ukuran untuk anakku ga?"
"sis yang ini masih available ga?"
"sis ada warna apa aja?"
aaahhh gila!!harus berhenti..henti..hentiii
tapi gue suka.... ahhh ahhhh bodo ahhhh gue mau blanja sampe begooo :p
btw khayla sekarang suka ngisep tangannya,bukan jari doang yang dimasukin tapi tangannya sekalian hehe heboh ya.kata orang2 tangannya dikasih apa gitu yg pait2 biar ga ngemut2 jari, dih kasian bener kecil2 dah ngerasain yg ga enak gitu gue aja sampe sekarang anti makan pare pahit noway man!!!
akhirnya setelah cari tahu lewat internet gue menemukan pencerahan
TAK USAH CEMAS DENGAN KEBIASAANNYA MENGISAP JARI
Wajar, kok, bayi mengisap jari karena hal itu memang kebutuhannya.
Justru menunjukkan si bayi sehat dan normal.
Setiap bayi pasti akan mengisap jari. Terlebih pada bayi baru lahir
hingga usia 3 bulan,mengisap jari acap kali dilakukan. Hal ini
menunjukkan si bayi dalam keadaan sehat dan normal, karena refleks
isap memang sudah seharusnya dimiliki bayi sejak lahir. Itulah
mengapa, bila bayi mau menyusu, puting susu ibu tak perlu dipaksa
dimasukkan ke mulut bayi. Cukup pipinya digeser-geser dengan puting,
maka bayi akan mencari arah puting.
Namun tak berarti semua bayi memiliki refleks isap yang baik, lo.
Seperti dikatakan Prof. Dr. dr. Nartono Kadri, Sp.A(K), ada beberapa
bayi yang reflek isapnya rendah, yaitu bayi yang lahir prematur dan
bayi sakit. "Pada bayi prematur, refleks mengisap jarinya lebih
pelan ketimbang bayi sehat, karena pertumbuhannya yang belum terlalu
sempurna." Sedangkan bayi sakit, misalnya, mengalami gangguan
pernafasan berat. "Ini berarti bayi dalam kondisi lemah, sehingga
refleks isapnya tak baik. Bayi yang demikian memerlukan selang
karena ia tak bisa mengisap," lanjut guru besar FKUI ini.
KEBUTUHAN MENGISAP
Secara psikologis, menurut Dra. Betty DK. Zakianto. Msi, bayi
mengisap jari karena lapar. Disamping bayi memang memiliki kebutuhan
mengisap, dari lahir sampai usia 3 bulan. "Kebutuhan mengisap
didapat bayi ketika menyusui namun kebutuhan ini bersifat
individual. Artinya, masing-masing bayi memiliki kebutuhan mengisap
yang berbeda-beda," terang psikolog pendidikan ini. Itulah mengapa,
lamanya menyusui tak akan sama pada setiap bayi. Misalnya, ada bayi
yang sudah puas mengisap selama 20 menit menyusui, namun ada yang
baru merasa puas setelah 40 menit.
Selain itu, jarak waktu menyusui juga bisa berpengaruh. Bayi yang
setiap 3 jam sekali diberi minum, misalnya, kebutuhan mengisapnya
akan lebih sedikit ketimbang bayi yang diberi minum 4 jam
sekali. "Jadi makin sering bayi diberi kesempatan menyusu maka
semakin sering pula bayi dapat memenuhi kebutuhan mengisapnya,"
lanjutnya.
Beberapa pakar pun mengatakan, bayi yang menyusu ASI akan lebih
jarang mengisap jari ketimbang yang menyusu dari botol. "Kalau ada
bayi yang menyusu ASI namun tetap mengisap jari, bisa jadi karena
waktu menyusu yang kurang. Misalnya, kebutuhan menyusunya 40 menit,
tapi ia hanya diberi 20 menit, sehingga ia belum puas mengisap."
Waktu menyusu yang ideal, terang Betty, sekitar 30 sampai 40
menit. "Di atas 20 menit sebenarnya susu ibu sudah kosong, namun
bayi tetap mengisap puting ibunya demi memenuhi kebutuhan
mengisapnya."
SARUNG TANGAN ATAU EMPENG
Yang jadi masalah, orang tua suka risih melihat bayi mengisap jari.
Takutnya, mengisap jari akan menjadi suatu kebiasaan sampai selepas
masa bayi. Kalau sudah begitu, tentu akan sulit sekali untuk
menghilangkannya. Lagi pula, jika kebiasaan ini terus berlanjut,
dikhawatirkan akan menghambat perkembangan gusi dan gigi.
Itulah mengapa, tak jarang orang tua memberikan alternatif solusi
dengan memakaikan sarung tangan. Padahal, menurut Nartono, cara ini
tak menyelesaikan masalah, malah dapat mengundang bahaya. "Bisa
saja, kan, si bayi malah memasukkan sarung tangan itu ke mulut? Nah,
jika sarung tangan itu diisap-isap terus, tentunya jadi basah. Dalam
kondisi basah, kuman dan kotoran akan lebih mudah melekat. Jadi,
sarung tangan malah berdampak buruk untuk bayi," terangnya.
Selain sarung tangan, kadang orang tua juga suka memberikan
empeng/dot. Awalnya, sih, karena bayinya masih rewel padahal sudah
diberi ASI. Mereka khawatir bila minumnya ditambah, si bayi malah
jadi muntah karena overfeeding atau overload (terlalu banyak
menyusu). Nah, agar si bayi tak rewel dan muntah, diberilah
empeng/dot.
Berbeda dengan jari, menurut Nartono, empeng/dot tak begitu
berpengaruh terhadap perkembangan gusi dan gigi, karena empeng tak
sekeras jari. Selain itu, empeng/dot adalah benda di luar tubuh
bayi, sehingga cara melepaskan kebiasaan mengempeng relatif lebih
mudah dibandingkan bila jari yang diisap.
Tapi dengan mengempeng, berarti banyak udara yang masuk ke perut
bayi sehingga bayi akan mudah kembung. Selain itu, dari segi
higenis, empeng/dot bisa saja jatuh dan yang menjaga bayi malas
mencucinya kembali. "Biasanya, bila empeng jatuh cukup dilap
sebentar di baju si pengasuh, langsung dimasukan kembali ke mulut
bayi. Nah, ini, kan, bisa jadi masalah tersendiri buat bayi."
Dengan kata lain, baik sarung tangan maupun empeng/dot, justru akan
menimbulkan masalah baru bila digunakan sebagai pengganti jari.
Jadi, bagaimana, dong, sebaiknya?
BERHENTI SENDIRI
Menurut Betty, orang tua sebenarnya tak perlu terlalu cemas, karena
kebiasaan mengisap jari akan berhenti dengan sendirinya. Namun
dengan catatan, asalkan si bayi tumbuh dalam lingkungan yang
menyenangkan. "Jadi bayi tak perlu dipaksa untuk berhenti mengisap
jari, apalagi sampai jarinya ditarik dari mulutnya. Justru kalau
dipaksakan, ia akan lebih frustrasi dan malah akan lebih giat
mengisap jari demi mengatasi rasa frustrasinya." Lebih baik, saran
Betty, biarkan dulu. "Orang tua perlu memberi toleransi agar bayi
dapat memenuhi kebutuhan mengisapnya." Toh, nantinya kebiasaan itu
akan berhenti sendiri.
Lagi pula, seperti telah dijelaskan di atas, mengisap jari merupakan
pertanda si bayi sehat dan normal. Juga, merupakan salah satu
kebutuhan bayi dari lahir sampai usia 3 bulan. Jadi, wajar saja.
Bahkan, kata Betty, sampai usia 7 bulan pun, kebiasaan mengisap jari
pada bayi masih dianggap wajar.
Lain halnya bila setelah usia 7 bulan bayi masih saja meneruskan
kebiasaannya mengisap jari. "Orang tua sebaiknya mencari tahu
penyebabnya," saran Betty. Mungkin bayi termasuk tipe yang
memerlukan waktu lebih lama untuk menyusu. Jadi, cobalah perpanjang
waktu menyusuinya. Toh, dia tak akan kekenyangan. Bukankah payudara
sebenarnya sudah kosong?
Tapi bila cara tersebut tak juga menyelesaikan masalah, bahkan
frekuensi mengisapnya malah jadi semakin sering, maka orang tua
kembali harus mencari penyebabnya. "Bisa jadi bayi mencari pengganti
sesuatu, lalu dia mendapatkan jempolnya sebagai benda penghiburnya.
Bukankah jari merupakan benda yang paling dekat dengannya?"
Jika bayi memperoleh rasa nyaman dari jempolnya, lanjut Betty, bisa
jadi dia mengalami rasa jemu, frustrasi, atau malah
kecapekan. "Kasusnya hampir sama dengan bayi-bayi yang mencari rasa
aman dari benda-benda di sekelilingnya, seperti selimut, bantal atau
boneka."
Walau begitu, ingat Betty, tetap saja orang tua tak boleh memaksakan
bayi untuk langsung menghentikan kebiasaannya. "Cobalah dengan
mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang menarik dia.
Misalnya, ciptakan permainan dengan tangan atau jari, seperti
bermain tepuk tangan. Tentunya, permainan ini harus berkesan
baginya." Bisa juga dengan memberikan mainan kesenangannya atau
ganti dengan mainan yang khusus untuk digigit. Namun jangan lupa,
pastikan mainan tersebut aman dan bersih.
Bila semua cara tersebut ternyata tetap tak membuahkan hasil,
menurut Betty, orang tua sebenarnya juga tak perlu terlalu cemas
selama tumbuh kembangnya normal. Jadi, meski bayi memiliki kebiasaan
mengisap jari namun dia masih suka bermain dan ceria, ya, tak apa-
apa. Tapi kalau dia mulai melamun dan sepanjang hari kegiatannya
cuma mengisap jari, barulah orang tua boleh khawatir. Konsultasi
dengan ahlinya merupakan alternatif yang terbaik bila orang tua tak
jua bisa menemukan penyebabnya maupun mengatasinya.
Nah, sudah paham, kan!
Faras handayani . Fotografer: Iman(nakita)
kenapa tiap googling selalu cari barang2 bayi, toko online barang2 bayi?
haduuuh ga bisa berhenti niy belanja online barang2 bayi :( nabung ci..nabuuung buat nanti kejakarta itu yang penting! tapi udah kepikiran melulu dress khayla nanti buat kekawinan :p sepatunya juga kepikiran mesti maching sama baju,trus pake bandana ga ya? trus pake legging lagi ga ya? haduuuh jangan norak deh ci! ga bisa ga bisaaaa...toloong hentikaaan gue mesti nabung..nabung..naaaabung
tapi kenapa tiap liat baju bawaannya pengen nanya
"sis ada ukuran untuk anakku ga?"
"sis yang ini masih available ga?"
"sis ada warna apa aja?"
aaahhh gila!!harus berhenti..henti..hentiii
tapi gue suka.... ahhh ahhhh bodo ahhhh gue mau blanja sampe begooo :p
btw khayla sekarang suka ngisep tangannya,bukan jari doang yang dimasukin tapi tangannya sekalian hehe heboh ya.kata orang2 tangannya dikasih apa gitu yg pait2 biar ga ngemut2 jari, dih kasian bener kecil2 dah ngerasain yg ga enak gitu gue aja sampe sekarang anti makan pare pahit noway man!!!
akhirnya setelah cari tahu lewat internet gue menemukan pencerahan
TAK USAH CEMAS DENGAN KEBIASAANNYA MENGISAP JARI
Wajar, kok, bayi mengisap jari karena hal itu memang kebutuhannya.
Justru menunjukkan si bayi sehat dan normal.
Setiap bayi pasti akan mengisap jari. Terlebih pada bayi baru lahir
hingga usia 3 bulan,mengisap jari acap kali dilakukan. Hal ini
menunjukkan si bayi dalam keadaan sehat dan normal, karena refleks
isap memang sudah seharusnya dimiliki bayi sejak lahir. Itulah
mengapa, bila bayi mau menyusu, puting susu ibu tak perlu dipaksa
dimasukkan ke mulut bayi. Cukup pipinya digeser-geser dengan puting,
maka bayi akan mencari arah puting.
Namun tak berarti semua bayi memiliki refleks isap yang baik, lo.
Seperti dikatakan Prof. Dr. dr. Nartono Kadri, Sp.A(K), ada beberapa
bayi yang reflek isapnya rendah, yaitu bayi yang lahir prematur dan
bayi sakit. "Pada bayi prematur, refleks mengisap jarinya lebih
pelan ketimbang bayi sehat, karena pertumbuhannya yang belum terlalu
sempurna." Sedangkan bayi sakit, misalnya, mengalami gangguan
pernafasan berat. "Ini berarti bayi dalam kondisi lemah, sehingga
refleks isapnya tak baik. Bayi yang demikian memerlukan selang
karena ia tak bisa mengisap," lanjut guru besar FKUI ini.
KEBUTUHAN MENGISAP
Secara psikologis, menurut Dra. Betty DK. Zakianto. Msi, bayi
mengisap jari karena lapar. Disamping bayi memang memiliki kebutuhan
mengisap, dari lahir sampai usia 3 bulan. "Kebutuhan mengisap
didapat bayi ketika menyusui namun kebutuhan ini bersifat
individual. Artinya, masing-masing bayi memiliki kebutuhan mengisap
yang berbeda-beda," terang psikolog pendidikan ini. Itulah mengapa,
lamanya menyusui tak akan sama pada setiap bayi. Misalnya, ada bayi
yang sudah puas mengisap selama 20 menit menyusui, namun ada yang
baru merasa puas setelah 40 menit.
Selain itu, jarak waktu menyusui juga bisa berpengaruh. Bayi yang
setiap 3 jam sekali diberi minum, misalnya, kebutuhan mengisapnya
akan lebih sedikit ketimbang bayi yang diberi minum 4 jam
sekali. "Jadi makin sering bayi diberi kesempatan menyusu maka
semakin sering pula bayi dapat memenuhi kebutuhan mengisapnya,"
lanjutnya.
Beberapa pakar pun mengatakan, bayi yang menyusu ASI akan lebih
jarang mengisap jari ketimbang yang menyusu dari botol. "Kalau ada
bayi yang menyusu ASI namun tetap mengisap jari, bisa jadi karena
waktu menyusu yang kurang. Misalnya, kebutuhan menyusunya 40 menit,
tapi ia hanya diberi 20 menit, sehingga ia belum puas mengisap."
Waktu menyusu yang ideal, terang Betty, sekitar 30 sampai 40
menit. "Di atas 20 menit sebenarnya susu ibu sudah kosong, namun
bayi tetap mengisap puting ibunya demi memenuhi kebutuhan
mengisapnya."
SARUNG TANGAN ATAU EMPENG
Yang jadi masalah, orang tua suka risih melihat bayi mengisap jari.
Takutnya, mengisap jari akan menjadi suatu kebiasaan sampai selepas
masa bayi. Kalau sudah begitu, tentu akan sulit sekali untuk
menghilangkannya. Lagi pula, jika kebiasaan ini terus berlanjut,
dikhawatirkan akan menghambat perkembangan gusi dan gigi.
Itulah mengapa, tak jarang orang tua memberikan alternatif solusi
dengan memakaikan sarung tangan. Padahal, menurut Nartono, cara ini
tak menyelesaikan masalah, malah dapat mengundang bahaya. "Bisa
saja, kan, si bayi malah memasukkan sarung tangan itu ke mulut? Nah,
jika sarung tangan itu diisap-isap terus, tentunya jadi basah. Dalam
kondisi basah, kuman dan kotoran akan lebih mudah melekat. Jadi,
sarung tangan malah berdampak buruk untuk bayi," terangnya.
Selain sarung tangan, kadang orang tua juga suka memberikan
empeng/dot. Awalnya, sih, karena bayinya masih rewel padahal sudah
diberi ASI. Mereka khawatir bila minumnya ditambah, si bayi malah
jadi muntah karena overfeeding atau overload (terlalu banyak
menyusu). Nah, agar si bayi tak rewel dan muntah, diberilah
empeng/dot.
Berbeda dengan jari, menurut Nartono, empeng/dot tak begitu
berpengaruh terhadap perkembangan gusi dan gigi, karena empeng tak
sekeras jari. Selain itu, empeng/dot adalah benda di luar tubuh
bayi, sehingga cara melepaskan kebiasaan mengempeng relatif lebih
mudah dibandingkan bila jari yang diisap.
Tapi dengan mengempeng, berarti banyak udara yang masuk ke perut
bayi sehingga bayi akan mudah kembung. Selain itu, dari segi
higenis, empeng/dot bisa saja jatuh dan yang menjaga bayi malas
mencucinya kembali. "Biasanya, bila empeng jatuh cukup dilap
sebentar di baju si pengasuh, langsung dimasukan kembali ke mulut
bayi. Nah, ini, kan, bisa jadi masalah tersendiri buat bayi."
Dengan kata lain, baik sarung tangan maupun empeng/dot, justru akan
menimbulkan masalah baru bila digunakan sebagai pengganti jari.
Jadi, bagaimana, dong, sebaiknya?
BERHENTI SENDIRI
Menurut Betty, orang tua sebenarnya tak perlu terlalu cemas, karena
kebiasaan mengisap jari akan berhenti dengan sendirinya. Namun
dengan catatan, asalkan si bayi tumbuh dalam lingkungan yang
menyenangkan. "Jadi bayi tak perlu dipaksa untuk berhenti mengisap
jari, apalagi sampai jarinya ditarik dari mulutnya. Justru kalau
dipaksakan, ia akan lebih frustrasi dan malah akan lebih giat
mengisap jari demi mengatasi rasa frustrasinya." Lebih baik, saran
Betty, biarkan dulu. "Orang tua perlu memberi toleransi agar bayi
dapat memenuhi kebutuhan mengisapnya." Toh, nantinya kebiasaan itu
akan berhenti sendiri.
Lagi pula, seperti telah dijelaskan di atas, mengisap jari merupakan
pertanda si bayi sehat dan normal. Juga, merupakan salah satu
kebutuhan bayi dari lahir sampai usia 3 bulan. Jadi, wajar saja.
Bahkan, kata Betty, sampai usia 7 bulan pun, kebiasaan mengisap jari
pada bayi masih dianggap wajar.
Lain halnya bila setelah usia 7 bulan bayi masih saja meneruskan
kebiasaannya mengisap jari. "Orang tua sebaiknya mencari tahu
penyebabnya," saran Betty. Mungkin bayi termasuk tipe yang
memerlukan waktu lebih lama untuk menyusu. Jadi, cobalah perpanjang
waktu menyusuinya. Toh, dia tak akan kekenyangan. Bukankah payudara
sebenarnya sudah kosong?
Tapi bila cara tersebut tak juga menyelesaikan masalah, bahkan
frekuensi mengisapnya malah jadi semakin sering, maka orang tua
kembali harus mencari penyebabnya. "Bisa jadi bayi mencari pengganti
sesuatu, lalu dia mendapatkan jempolnya sebagai benda penghiburnya.
Bukankah jari merupakan benda yang paling dekat dengannya?"
Jika bayi memperoleh rasa nyaman dari jempolnya, lanjut Betty, bisa
jadi dia mengalami rasa jemu, frustrasi, atau malah
kecapekan. "Kasusnya hampir sama dengan bayi-bayi yang mencari rasa
aman dari benda-benda di sekelilingnya, seperti selimut, bantal atau
boneka."
Walau begitu, ingat Betty, tetap saja orang tua tak boleh memaksakan
bayi untuk langsung menghentikan kebiasaannya. "Cobalah dengan
mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang menarik dia.
Misalnya, ciptakan permainan dengan tangan atau jari, seperti
bermain tepuk tangan. Tentunya, permainan ini harus berkesan
baginya." Bisa juga dengan memberikan mainan kesenangannya atau
ganti dengan mainan yang khusus untuk digigit. Namun jangan lupa,
pastikan mainan tersebut aman dan bersih.
Bila semua cara tersebut ternyata tetap tak membuahkan hasil,
menurut Betty, orang tua sebenarnya juga tak perlu terlalu cemas
selama tumbuh kembangnya normal. Jadi, meski bayi memiliki kebiasaan
mengisap jari namun dia masih suka bermain dan ceria, ya, tak apa-
apa. Tapi kalau dia mulai melamun dan sepanjang hari kegiatannya
cuma mengisap jari, barulah orang tua boleh khawatir. Konsultasi
dengan ahlinya merupakan alternatif yang terbaik bila orang tua tak
jua bisa menemukan penyebabnya maupun mengatasinya.
Nah, sudah paham, kan!
Faras handayani . Fotografer: Iman(nakita)
Comments